Langsung ke konten utama

Semua Orang Memiliki Tingkat Kegagalannya Masing-masing

 Mungkin harus dipahami bahwa judul dari pembahasan kita malam ini itu bukan “membanding-bandingkan” kegagalan. Ini harus dipahami dulu baik-baik sebelum kita lanjut, karena kita akan membahas banyak tentang kegagalan.


Dalam hidup, kita cenderung memikirkan semuanya adalah perihal kesuksesan, keberhasilan, kejayaan, dan hal-hal luar biasa yang sering menjadi cerita-cerita motivasi di seminar-seminar. Saat saya sering seminar dulu, terutama yang offline, kita sering akan keluar dengan motivasi dan semangat membara-bara.


Hari ini, kita tidak akan membahas semua itu, sayangnya. Kita membahas tentang hal-hal yang belum kita raih, yang masih belum dalam jangkauan kita, yang masih belum bisa kita lakukan. Kita membahas “saudara kembar jahat” dari keberhasilan: kegagalan.


Kegagalan ini adalah kala seseorang tidak mencapai target yang dia inginkan, dan pada umumnya adalah sebuah ketakutan luar biasa dalam diri setiap manusia. Dia memberikan _sense of fear_ kepada setiap usaha kita, dan membuat kita menjadi takut untuk memulai. Bahkan, banyak ide besar yang berhenti sebagai ide karena takut gagal.


Kegagalan sendiri bervariasi. Dari hal sederhana hingga rumit bisa dipenuhi dengan kegagalan. Untuk menemukan bola lampu saja, konon, disebutkan perlu 10 ribu kegagalan. Para peneliti terkemuka menemukan banyak kegagalan dalam rangka memajukan ilmu pengetahuan. Para penulis mengalami banyak kegagalan pula dalam membentuk karyanya.


Bagi penulis, kegagalan sendiri bisa bervariasi. Mulai dari gagal menyusun ide di otak, hingga gagal mendapatkan lamaran penerbit atau platform. Tentu, setiap jenis kegagalan ini bisa disikapi berbeda oleh setiap orangnya, dan perbedaan sikap ini yang membuat kegagalan, dalam tanda kutip “bertingkat”.


Ada yang kita bisa bersikap tenang, legowo menerimanya, dan belajar darinya. Ini adalah tingkat tertinggi dalam menyikapi kegagalan. Ada yang bisa tenang dan menerima, tetapi gagal belajar. Ada yang mengamuk, marah, tidak rela. Tahap dimana kita kesulitan menerima ini bisa dikatakan “tahap paling dasar”. Dengan kita menerima kegagalan dan belajar darinya, kita bisa menjadi lebih baik.


Loh, masa bisa membuat kita jadi lebih baik? Oke. Di sini, silakan pikirkan kegagalan terbaru yang kalian alami. Apakah kalian ada rasa jengkel? Apakah ada rasa marah? Apakah ada rasa kecewa? Semua perasaan itu wajar kok. Terima saja, karena memang wajar untuk merasakan semua emosi itu.


Hanya saja, kita perlu perlahan melepaskan diri dari emosi keras itu, dan mencoba menerima kenyataan yang dilimpahkan pada kita. Misal, kegagalan saya adalah gagal membuat naskah yang berhasil menarik minat pembaca. Saya bisa marah, kecewa, bahkan murka dulu sebentar. Hanya saja, setelah saya berhasil untuk tenang, saya bisa memikirkan ‘dimana cara ini tidak bekerja?’ ‘apa ada alternatif yang belum ku telusuri?’ ‘mungkin aku salah memahami selera orang, berarti yang benar bagaimana?’ dan seterusnya.


Setiap orang wajar untuk gagal, dan kita di sini adalah menjadikan kegagalan sebagai batu pijakan. Bisa jadi, tujuan di puncak kita itu sebenarnya hanya bisa tercapai setelah kita menyusun batu-batu kegagalan untuk menemukan jalan menuju puncak impian kita. Dengan menjadikan kegagalan sebagai bagian dari kehidupan, kita bisa terus berkembang dan berjalan menuju kesuksesan.


Nah, ini sudah teoritis, saya sharing aja ya sekarang. Tadi sudah dikasih ya CV saya ‘kan? Saya coba buka kegagalan dari setiap keberhasilan saya itu ya. Mohon jangan jadikan ini sebagai “persaingan kegagalan”, tetapi lebih ke berbagi pengalaman.


Karya Tamat:
1. Tertolak (Innovel) ==> Gagal menulis cerita yang rapi (PUEBI berantakan)
2. Harapan (Innovel) ==> Gagal membuat pembaca tertarik dengan ide cerita ini di awal cerita, gagal menulis cerita yang rapi (PUEBI berantakan)
3. Metantei Conan: Assassinate (Wattpad) ==> Gagal memberikan cerita yang padu
4. Soul: The Assistant (Karya Karsa, Goodnovel, self-published) ==> Gagal penjualan buku fisik (rugi sekitar 2.2jt rupiah), cerita terlalu all-over the place sehingga sulit diikuti
5. Sins and Dreams Season 1 (Wattpad) ==> Gagal menarik pembaca ke kompleksitas dunia yang dibangun
6. Bulan di Darah Awan (Karya Karsa, Goodnovel) ==> Gagal menyampaikan ide dengan jernih, sehingga pembaca kesulitan mengikuti alur yang disampaikan
7. Hati Biru Affa (Karya Karsa, Goodnovel) ==> Gagal memadukan ide cerita sehingga cerita menjadi berantakan, gagal memanfaatkan kesempatan market di Goodnovel
8. -Tertolak- [RED] (Wattpad) ==> Gagal membuat alur yang berkualitas


Setiap dari kegagalan yang saya alami itu, ada pengalaman yang diajarkan. Misal, yang paling mencolok saja, yaitu Gagal penjualan buku fisik (rugi sekitar 2.2jt rupiah). Dari hal ini ada banyak yang bisa saya pelajari:

1. Jangan pernah memulai penjualan novel sebelum cek pasar

2. Pastikan waktu produksi buku supaya sesuai waktu rilisnya

3. Pertimbangkan _cost_ yang dikeluarkan dengan potensi profit

Dan seterusnya.


Sekian dari saya. Even the best of teachers are learners, maka dari itu jangan ragu untuk mengkritisi dan bertanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Preparing Anaconda with Tensorflow [ACTUALLY WORKED FOR ME 2024]

Make sure to follow this with perfect order: 1. conda create -n tf_gpu tensorflow-gpu 2. conda activate tf_gpu 3. pip install numpy==1.23.4 [EXECUTE GPU TEST CODE] ==> CODE MUST RETURN GPU NUMBER > 0 [#CONFIRMED] 4. pip install tensorflow-gpu==2.10 [EXECUTE GPU TEST CODE] ==> CODE MUST RETURN GPU NUMBER > 0 [#CONFIRMED] 5. pip install tensorflow==2.10 [EXECUTE GPU TEST CODE] ==> CODE MUST RETURN GPU NUMBER > 0 [#CONFIRMED] (You may skip the first two test, but it helps ensure your environment is set up right)   TRIVIA: - There's no 2.11 version of Tensorflow GPU on pip as shown below: ERROR: Could not find a version that satisfies the requirement tensorflow-gpu==2.11 (from versions: 2.5.0, 2.5.1, 2.5.2, 2.5.3, 2.6.0, 2.6.1, 2.6.2, 2.6.3, 2.6.4, 2.6.5, 2.7.0rc0, 2.7.0rc1, 2.7.0, 2.7.1, 2.7.2, 2.7.3, 2.7.4, 2.8.0rc0, 2.8.0rc1, 2.8.0, 2.8.1, 2.8.2, 2.8.3, 2.8.4, 2.9.0rc0, 2.9.0rc1, 2.9.0rc2, 2.9.0, 2.9.1, 2.9.2, 2.9.3, 2.10.0rc0, 2.10.0rc1, 2.10.0rc2, 2.10.0rc3, 2.1...

Prof Ashari, Tangan Dingin Sang Rektor Visioner

Tulisan ini dipersembahkan kepada Prof  Dr Ir. Mochamad Ashari, M.Eng, IPU,  AEng. yang merupakan rektor ke-12 ITS, periode 2019-2024. Seluruh tulisan ini berupa pandangan saya pribadi, sebagai ucapan terima kasih, meski disajikan seakan penuh kritikan pada bagian awalnya. Pertama saya mengenal nama ini, saya ingat dari salah satu dosen saya sewaktu saya masih menempuh sarjana. Saya lupa persis kapan, tetapi saya diperkenalkan tentang bagaimana visionernya Prof Ashari dan sedikit cuplikan peran beliau membangun Telkom University di Bandung. Ya, sebelum beliau dinobatkan sebagai rektor, saya berpikir bahwa 'apabila beliau jadi, sepertinya akan berpotensi revolusioner, atau bakal agak ekstrem dalam kebijakan'. Bagi saya, itu cukup menarik, tetapi ada ketakutan di benak saya dengan potensi ekstrem kebijakan beliau. Kala beliau dinobatkan sebagai rektor terpilih, Prof Ashari langsung bergerak cepat yang tidak membutuhkan waktu lama untuk melihat langkah beliau. Saya masih ingat, d...

Sometimes, Calmest Moves Sets Brightest Flames

What sets into this massive burning, was a fragile calm plan that was overlooked by the opposition. Hi, this is Daffa from server 1194. As of this writing, I am T2W member and one of the R4 responsible for banner handling, which I am doing a terrible job of, or so I would say of myself. On one Saturday, 23th of June 2024, T2W command decided that we will set WVL to their destruction, officially due to them being a hindrance to our facility interest. The assigned task for me is clear: establish a path to their facility with banners from our old headquarters within a few tens of miles from them. Operation starts in the morning of my time zone. A total of 5 banners was done by noon due to some resource complications. I am under impression that WVL would have some idea of what we are doing with a fast approaching banner, but our intelligence inside WVL suggests otherwise. The reports shown that they consider us "have been quiet today" after some raids the previous day that I sta...