Dilematika Pendidikan: Antara Kesetaraan dan Nilai Ilmu

"Pendidikan untuk semua orang."
"Pendidikan seharusnya gratis!"
"Pendidikan seharusnya bisa diakses semua kalangan!"

Ya, satu sisi idealisme yang berteriak kala menyaksikan susahnya golongan tengah ke bawah mengakses pendidikan. Tidak salah berpikir idealis demikian. Toh, nyatanya ada negara yang bisa mewujudkannya (dengan sebuah TAPI yang besar).

Di sisi lain, realitanya adalah harga pendidikan tidak murah. Sistem kapitalisme telah merambah ke akar pendidikan, membuat setiap jenjang bukanlah hal yang mudah diakses oleh sebagian golongan. Suatu permasalahan yang sekilas harusnya beres karena UU menjamin pendidikan yang layak. 

Hanya saja, rumitnya bukan di sana semata. Pendidikan gratis maupun berbayar menghadirkan sebuah konondrum yang rumit kala diperhatikan dengan jeli.

Tidak perlu jauh-jauh. Banyak sekali sekarang pendidikan untuk sebagian keilmuan bisa diakses dengan mudah bahkan tanpa merogoh kocek sedikit pun. Nyatanya, banyak yang menganggap remeh-temeh pendidikan gratis ini.

Saya akan ambilkan sampel dari dunia sastra. Salah satu paling sederhana adalah tentang aturan tata bahasa (EYD V) yang notabene bisa diakses dengan mudah melalui gawai.

Di sisi lain, kehadiran pendidikan gratis juga terbukti bermanfaat dari hasil KIP-K mengubah hidup rakyat miskin. Sebagai orang yang punya kenalan yang mendapatkan Bidikmisi, saya bisa katakan pendidikan murah maupun gratis sebenarnya bermanfaat.

Sebaliknya, kala pendidikan sangat mahal, maka akan menyulitkan akses, tetapi memberikan nilai lebih pada pendidikan tersebut. Jika diperhatikan, kala orang mengambil kelas berbayar, mereka cenderung lebih aktif, apalagi jika mehong selangit, dan berusaha mengambil manfaat semaksimal mungkin dari uang yang dikeluarkan.

Dengan kata lain, harga mahal menciptakan kelangkaan atas ilmu itu dan membuat orang menghargai keilmuan tersebut. Sehingga, pada akhirnya terciptalah dilema.

"Apakah lebih baik pendidikan gratis yang cenderung dipandang sebelah mata, atau lebih baik pendidikan mahal yang dianggap berharga?"

Meski ya seharusnya jawabannya adalah "Pendidikan gratis yang berharga" jawaban paling baik, nyatanya realita cenderung ke salah satu atau yang lain.

(Ditulis jam 1 malam, so consider taking this with a grain of salt). 
-Daffa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[HOAX] Pesan Juru Kunci

Daftar Enzim Pencernaan, Letak dan Fungsi

Essay Penerapan UU ITE di Indonesia